Sabtu, 22 Mei 2010

PNC

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian ini.
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan–perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai buah avokat gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm dan tebal + 10 cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas inplantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas syimpisis atau setengah syimpisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas syimpisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm.

Pada waktu nifas seorang ibu perlu perawatan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum melahirkan. Memulihkan kesehatan disini tidak berarti mengembalikan kesehatan umum saja dan gangguan-gangguan lainnya yang dapat menurunkan kesehatan ibu, akan tetapi juga memulihkan organ-organ yang mengalami perubahan pada waktu kehamilan.

1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan menerapkan manajemen kebidanan Varney
b. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan mampu :
a Melakukan pengkajian pada klien post partum
b Mengidentifikasi masalah / diagnosa pada klien post partum
c Mengidentifikasi masalah-masalah potensial pada klien post partum
d Menentukan kebutuhan segera pada klien post partum
e Menyusun rencana asuhan kebidanan pada klien post partum
f Melakukan implementasi pada klien post partum
g melakukan evaluasi terhadap tindakan yang sudah dilakukan pada klien post partum

1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
Membahas tentang pengertian masa nifas, nifas dibagi dalam 3 periode, perubahan fisiologis masa nifas, perawatan pada masa nifas, pemeriksaan post partum, dan kebutuhan ibu post partum
BAB III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian, identifikasi masalah / diagnosa, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi/Rasional, implementasi, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 122)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan setelah sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, berlangsung selama 6-8 minggu.
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)

2.2 Nifas dibagi dalam 3 periode
I. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
II. Puerperium Intermedial
Yaitu keputihan menyeluruh otot-otot alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
III. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)

2.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
I. Involusi alat-alat kandungan
a Involusi uterus
1) Involusi uterus adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi yang normal setelah kelahiran bayi
2) Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta, sedangkan tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah placenta lahir tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke 5 post partum uterus + setinggi 7 cm diatas simpisis atau setengah simfisis pusat. Sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis.
3) Proses involusi dapat terjadi karena adanya :
a) Autolysis
Merupakan penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena danya hiperplasi dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kaki lebih tebal dari sewaktu masa hamil
b) Aktifitas otot-otot
Adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot rahim yang berbentuk anyaman akan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang putus akibat pelepasan placenta
c) Ischemia
Kekurangan darah pada uterus setelah bayi dilahirkan, maka hipertrophy dan hiperplasi dari uterus tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti semula sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami athrophy pada ukuran semula

Tabel Involusi uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tidak teraba diatas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)




b Involusi bekas implantasi uri
Pada endometrium akan mengalami trombosit, degenerasi dan nekrosis ditempat bekas implantasi placenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput sanin setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu. Pada daerah bekas implantasi placenta tidak ada pembentukan jaringan perut.
c Involusi luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks umumnya akan sembuh dalam 6-7 hari apabila tidak disertai dengan infeksi
d After pains
Mules-mules yang terjadi pada ibu post partum disebabkan karena kontraksi uterus, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan
e. Lochea
Merupakan cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
1) Sifat-sifat lochea
Alkalis, memudahkan kuman penyakit berkembang biak, bau anyir tetapi tidak busuk
2) Jenis lochea
a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconeum selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendiri pada hari ke 3-7 pasca persalinan
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan

d) Lochea Alba
Cairan putih selama 2 minggu
e) Lochea Purulenta
Keluar cairan seperti nanah berbau busuk karena terjadi infeksi
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan. Setelah bayi lahir jari tengah masih bisa masuk rongga rahim, stelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
g. Ligamen-ligamen
Ligamen, fascia dan diafragma pelvis yang meregang waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan sulit kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor
h. Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Selama kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi. Peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas
i. Dinding Perut dan Peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu.
j. Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hiperaemia. Kadang oedema dari trigonum yang menimbulkan obstruksi uretra sehingga terjadi retentio urinae, kadang kencing menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine rasional

II. Laktasi
a. Laktasi merupakan proses pembentukan, penyimpanan dan pengeluaran ASI
b. Colostrum adalah ASI yang keluar pertama kali pada hari pertama bayi lahir, berupa cairan kuning dengan BD 1030-1035. reaksinya alkalis, lebih banyak mengandung protein dan garam, gulanya sama tetapi lemaknya kurang didalam colostrum juga terdapat euglobulin yang mengandung antibodi.
c. Pada hari ke 3 post partum, buah dada menjadi besar, keras, dan nyeri hal ini menandakan permulaan sekresi air susu.
d. Susunan ASI :
Protein 1 – 2 %
Lemak 3,3 – 5 %
Gula 6,5 – 8 %
Garam 0,1 – 0,2 %
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI :
1) Faktor anatomis
2) Faktor hormonal (hormon prolactin dan oxytocin)
3) Faktor Diet
4) Faktor isapan bayi
5) Faktor istirahat
6) Faktor psikologis

III. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil terjadi hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi darah ibu dan placenta. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba yang menyebabkan volume darah ibu relatif bertambah. Keadaan ini dapat diatasi tubuh dengan mekanisme kompensasi. Hal ini biasanya terjadi pada hari ke 3-15 post partum
IV. Perubahan psikologis
Sejak kelahiran bayinya, seorang ibu mulai merasakan suatu fase hidup yang baru
a Fase penangkapan atau penerimaan
1) 1-2 hari masa perilaku ketergantungan fetus pada dirinya
2) Reaksi verbal terhadap kebutuhan hidup dan makan
3) Menenangkan kembali pengalaman melahirkan
b Fase penguasaan
1) 3-10 hari atau 4-5 minggu ketergantungan dan kemandirian
2) Mandiri dalam aktifitas diri
3) Ingin mempelajari cara perawatan diri dan bayi
c Fase membiarkan atau melepaskan
1) Pengambilan peranan tanggung jawab baru
2) Meningkatkan kemandirian dalam merawat diri dan bayi
3) Pengakuan terhadap bayi

2.4 Perawatan Pada Masa Nifas
I. Early Ambulation
Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
Keuntungan early ambulation :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll
II. Diet
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan memberikan ASI, makanan yang baik mempercepat menyembuhan alat-alat kandungan
III. Miksi dan Defekasi
a Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya penderita disuruh kencing 4 jam post partum. Bila kandung kencing penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi
b Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terdapat kesulitan dapat diberikan obat laksans peroral atau per rectal
IV. Perawatan payudara
a Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
b Bila bayi meninggal, maka laktasi harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral dan periodel
(Sulaiman Sastrawinata, 1998 : 322)


2.5 Pemeriksaan Post Partum
I. 6-8 jam post partum
Tujuan :
a Mencegah perdarahan masa nifas karena otonia uteri
b Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
c Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d Pemberian ASI awal
e Mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
II. 6 hari post partum
Tujuan :
a Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan tidak ada bau
b Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
III. 2 minggu post partum
Tujuan :
a Memastikan involusi uterus berjalan normal
b Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari




IV. 6 minggu post partum
Tujuan :
a Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami
b Memberikan konselilng untuk KB Secara dini
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 122)

2.6 Kebutuhan ibu post partum
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu antara lain :
I. Kebersihan diri
a Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus, nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar
c Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari
d Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
e Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan pada ibu untuk menghindari daerah luka
II. Isitirahat
a. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumahtangga biasa perlahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
III. Istirahat
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
b. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahap sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
IV. Gizi
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya
V. Perawatan Payudara
a Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b Menggunakan BH yang menyokong payudara
c Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian payudara sehingga puting susu menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
6) Payudara dikeringkan
VI. Hubungan Perkawinan / rumah tangga
Secara fisik aman untuk memenuhi hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, begitu darah merah berhenti dan dia tidak measakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
VII. Keluarga Berencana
a. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi
b. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
2) Kelebihan / keuntungan
3) Efek samping
4) Bagaimana menggunakan metode ini
5) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
c. Jika seorang ibu / pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 127)

Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Gizi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Seorang manusia tidak akan dapat melakukan aktifitasnya dengan baik bila tubuhnya kekurangan gizi. Komposisi gizi bagi tubuh kjita dipengaruhi oleh banyak hal, oleh karena itu kebutuhan gizi setiap manusia berbeda-beda.
Kebutuhan gizi seseorang akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi yang ada dan dialami oleh orang tersebut. Misalnya saja seorang wanita hamil akan mengalami penambahan kebutuhan gizinya. Hal ini dikarenakan selain kebutuhan gizi dirinya sendiri wanita hamil harus memenuhi kebutuhan gizi bagi janin yang ada dalam rahimnya.
Bila seorang wanita hamil kekurangan salah satu dari komponen gizi yang dibutuhkannya, maka bayi akan terancam abortus (keguguran), lahir cacat, prematuritas (tidak cukup bulan), BBLR, atau bahkan IUFD. Sedangkan komplikasi bagi ibunya sendiri adalah mudahnya terjadi infeksi, mudah keguguran, partus lama (persalinan lama), dan komplikasi-komplikasi lain yang mudah terjadi pada proses kehamilannya.
Tingginya angka kematian dan kesakitan wanita hamil adalah akibat dari kurangnya konsumsi gizi seimbang pada wanita hamil. Kurangnya pengetahuan masyarakat menjadi factor terpenting dalam keberhasilan program KIA. Factor social ekonomilah yang menjadi penghambat utama dalam setiap permasalahan kesehatan di Indonesia. Sehingga masyarakat bawah belum dapat merespon secara penuh penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

1.2 Tujuan penulisan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah sebagai berikut, yaitu :
- Menambah pengetahuan masyarakat dan pembaca mengenai gizi ibu hamil
BAB II

PEMBAHASAN


2.1. Pengertian
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck. 2000 : 1).

2.2. Manfaat Gizi Seimbang
Manfaat dari pemenuhan gizi seimbang adalah :
a. Nutrisi untuk pertumbuhan.
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh
b. Makanan sebagai suku cadang.
Setiap makanan yg kita konsumsi akn menjadi sumber dari energi tubuh. Bila kita kekurangan energi mk pertumbuhan dan aktifitas kita akan terhambat. Oleh karena itu, makanan selain sebagai pengganti zat yang hilang juga berfungsi sbg cadangan zat tersebut.
c. Makanan sebagai bensin tubuh.
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, menyapu, juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas, degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari (Nadesul, 1995 : 68).
2.3 Cara Pengukuran Status Gizi
Kenaikan berat badan ibu hamil secara tepat tidak diketahui. Hal ini diketahui bahwa kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya persalinan small gestational age (SGA) atau preterm. Kebutuhan peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :
a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas.
Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5 sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan berat badan idealnya pada saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5. Remaja disarankan untuk meningkatkan berat badannya lebih dari porsi yang ditetapkan karena ditakutkan jika mengikuti porsi diatas maka janinnya kecil. Remaja yang mengalami sakit selama 2 – 3 tahun setelah memperoleh haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko tinggi disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah ditetapkan bahwa ibu dan janin memliki ketergantungan pada nutrisi.Telah ditemukan bukti bahwa wanita yang memiliki usia sampai dengan 19 tahun kebutuhan nutrisinya pada saat kehamilan harus sangat diperhatikan terutama melalui bimbingan. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi meningkatnya resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.
Untuk kehamilan kembar pada saat ini belum ditemukan rekomendasi yang sesuai dengan menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar untuk memperoleh hasil yang terbaik disarankan untuk menaikan berat badan sebesar 20 kg (Wong, 1997 : 180).

2.4 Pola Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan memegang peranan penting dalam kehamilan. Kenaikan berat badan rendah pada awal kehamilan akan menyebabkan terjadinya SGA pada janin. Kenaikan berat badan yang tidak adekuat pada setengah akhir kehamilan berdasarkan hasil pengamatan menunjukan terjadinya kelahiran preterm. Resiko ini ditemukan waupun pada akhir kemilan dicapai sesuai dengan range yang direkomendasikan.
Kenaikan berat badan optimal tergantung pada tahapan kehamilan. Pada trimester pertama dan kedua kenaikan berat badan banyak disebabkan oleh kenaikan organ pendukung kehamilan, sedangkan pada trimester ketiga yang mempengaruhi kenaikan berat badan adalah pertumbuhan janin. Pada trimester kenaikan berat badan rata-rata adalah antara 1 sampai dengan 2 kg pada wanita. Untuk trimester kedua dan ketiga pada wanita dengan berat badan normal kenaikannya diharapkan 0,4 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badannya adalah 0,3 kg dan untuk wanita dengan berat badan kurang kenaikannya adalah 0,5. Untuk asupan kalori pada trimester pertama diharpakan tidak ada perubahan dari kebiasaan, pada trimester kedua dan ketiga asupan kalorinya harus dinaikan sebesar 300 kkal per hari lebih dari biasanya. Kenaikan ini dapat dicapai dengan mudah melalui asupan susu, yogurt, atau keju, buah-buahan, sayuran, sereal, nasi atau roti.
Sebuah bagan disusun untuk memonitor perkembangan kenaikan berat badan selama kehamilan untuk wanita dengan berat badan normal, kurang atau lebih. Kenaikan berat badan dicatakan sesuai dengan hasil pengukuran. Setiap ibu hamil diharapkan dapat mengerti pola peningkatan berat badan dan kenaikan berat badan yang direkomendasikan. Untuk meningkatkan pengendalian kenaikan berat badan sangath membutuhkan peran ibu hamil sendiri dalam memantau kenaikan berat badannya danb berusaha memenuhi kenaikan berat badan sesuai dengan yang direkomendasikan oleh BMI.
Kenaikan berat badan yang tidak adekuat (kurang dari 1 kg perbulan untuk wanita normal, 0,5 kg perhari untuk wanita dengan berat badan kurang) atau kenaikan berat badan berlebih (3 kg / bulan) harus segera memperoleh perhatian. Kemungkinan penyimpangan dari berat yang direkomendasikan diantaranya adalah kesalahan pengukuran, kesalahan pencatatan, pengaruh berat pakaian, dan terjadinya akumulasi cairan. Kenaikan berat badan yang terlalu tinggi disebabkan oleh akumulasi cairan, kenaikannya lebih dari 3 kg perbulan, terutama setelah 21 minggu usia kehamilan, dan dapat menyebabkan terjadinya hipertensi (Wong, 1997 : 180). Penelitian yang dilakukan oleh Yudomustopo (2007) menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dengan terjadinya persalinan preterm, dimana pada 68% ibu yang menderita hipertensi, mengalami persalinan preterm.

2.5 Komposisi Gizi Ibu Hamil
Kalori
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru. Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai tenaga untuk proses metabolisme jaringan baru. Jumlah Kalori yang dibutuhkan adalah 2535 kkal. Sumber: lemak, karbohidrat, protein (Nasi, kentang, jagung, minyak, lemak hewani, terigu, ubi-ubian)
Protein
Kebutuhan protein lebih banyak selama kehamilan dibandingkan waktu-waktu lain. Hal ini dikarenakan protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil membutuhkan sekitar 60 gram protein setiap harinya, lebih banyak 25 gram dibandingkan yang lain. Menambahkan protein ke dalam makanan merupakan cara yang efektif untuk menambah kalori sekaligus memenuhi kebutuhan protein. Sumber: ayam, daging, ikan, susu, tempe, keju, tahu, kacang-kacangan.

Kalsium
Janin mengumpulkan kalsium dari ibunya sekitar 25 sampai 30 mg sehari. Paling banyak ketika trimester ketiga kehamilan. Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menguatkan tulang dan gigi. Selain itu, kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Kalsium juga diperlukan untuk mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot, dan sekresi hormon. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sekitar 900 mg per hari. Sumber: ikan teri, susu dan hasil olahannya, sayuran hijau, kacang-kacangan.

Besi
Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh. Selama kehamilan, volume darah bertambah untuk menampung perubahan pada tubuh ibu dan pasokan darah bayi. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali lipat. Jika kebutuhan zat besi tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan rentan infeksi. Risiko melahirkan bayi tidak cukup umur dan bayi dengan berat badan lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil yaitu sekitar 46 mg. Sumber: hati, daging, beras tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau.
Vitamin C
Vitamin C yang dibutuhkan janin tergantung dari asupan makanan ibunya. Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen dan menghantarkan sinyal kimia di otak. Wanita hamil setiap harinya disarankan mengkonsumsi 70 mg per hari. Sumber: jambu biji, jeruk, nanas, semangka, mangga, pepaya, dan sayuran hijau.

Asam Folat
Folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam perkembangan embrio. Folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan folat juga dapat meningkatkan kehamilan kurang umur (prematur), bayi dengan berat badan lahir rendah (bayi berat lahir rendah/BBLR), dan pertumbuhan janin yang kurang. Sebenarnya, asam folat sangat diperlukan terutama sebelum kehamilan dan pada awal kehamilan. Namun, ibu hamil tetap harus melanjutkan konsumsi folat. 600 mg folat disarankan untuk ibu hamil. Folat dapat didapatkan dari suplementasi asam folat. Sumber: sayuran hijau, asparagus, buah-buahan segar.

Vitamin A
Vitamin A memegang peranan penting dalam fungsi tubuh, termasuk fungsi penglihatan, imunitas, serta pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Kecukupan gizinya adalah 700 RE. Sumber: Hati, sayuran berwarna seperti wortel, buah-buahan berwarna merah, mentega, kuning telur.





BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Gizi sangat diperlukan bagi wanita hamil. Hal ini dikarenakan gizi memegang peranan penting dalam perkembangan embrio. Folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan folat juga dapat meningkatkan kehamilan kurang umur (prematur), bayi dengan berat badan lahir rendah (bayi berat lahir rendah/BBLR.
Kebutuhan gizi setiap manusia berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh Aktivitas, kondisi, umur, keadaan geografis, dan lain sebagainya. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :
a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas.

3.2 Saran
1. Kepada masyarakat terutama wanita hamil diharapkan memperhatikan komposisi gizinya.
2. Kepada para petugas kesehatan hirapkan lebih memperhatikan gizi wanita hamil.

KWARSIORKOR

BAB II
2.1 PENGERTIAN
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium (Ngastiyah, 1997). Kwarshiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein (Ratna Indrawati, 1994). Kwarsiorkor ialah definisi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita)(Ngastiah, 1995).
2.2 ETIOLOGI
Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologic yang baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati kronik. Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorbsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (syndrome nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati.
2.3 PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam diitnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya udema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
 Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
 Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
 Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.
 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
 Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga dikenal signo de bandero.
Gejala Klinis
a. Pertumbuhan terganggu ( merupakan gejala terpenting). Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibanding anak sehat.
b. Ditemukan odema ringan maupun berat diseluruh tubuh.
c. Terjadi gangguan gastrointestinal. Anoreksia yang hebat hingga cara pembarian makannya harus personde, diare dan muntah karena terjadi intolerasi makanan.
d. Perubahan rambut, tampak kusam, kering, tipis, jarang dan berubah warna, mudah dicabut/rontok.
e. Kulit mengalami perubahan yaitu hiperplementasi, bersisik, menunjukkan garis kulit yang dalam dan lebar, kelainan khas pada kwasiorkor ini disebut “ Crazzy Payment Dermatosis”.
f. Pembesaran hati karena adanya perlemakan hati.
g. Anemia juga selalu ditemukan, penyakit infeksi, diare.
h. Kelainan kimia darah: kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit lebih tinggi, kadar kolesterol serum rendah.
i. Hampir semua organ mengalami perubahan seperti: degenerasi jantung, osteoporosis tulang dsb.
j. Wajah membulat dan sembab.
k. Pandangan mata sayu.
l. Mental apatis atau rewel
m. Susah makan.
n. Berbaring terus.
o. Otot hipotropi
p. Secara umum, kwashiorkor memberikan gejala-gejala yang terkhusus pada suatu sistem organ, yaitu :
• Wujud umum:
1. Pucat, kurus atrofi extremitas superior + bokong
2. Edema (pedis / pretibial) + ascites
3. Moon face
• Retardasi pertumbuhan:
1. Tidak khas
2. BB kurang atau menurun
• Perubahan mental + motorik:
1. Mental: cengeng, kesadaran menurun, pasif.
2. Motorik : gangguan fungsi-fungsi statis
• Edema:
1. Pedis, pretibial, ascites, anasarka
2. Bersifat pitting
3. Koreksi edema :
- Laten + pedis + pretibial : 10 - 15 %
- Ascites ringan : 15 - 20 %
- Ascites berat : 20 - 25 %

• Kausa edema :
-Hipoalbuminemi
-Gangguan dinding kapiler
-Hormonal (gangguan eliminasi ADH)
-Fe bebas dalam serum katalisis reaksi peroxidasi membrane
-Endotel rusak
• Kelainan rambut
-Kelainan bentuk : mudah dicabut, lurus, kering, halus, rapuh
-Kelainan warna : hipopigmentasi, depigmentasi, flag sign
-Bulumata : panjang, lentik
• Kelainan kulit dan mukosa
1. Kulit :
* Crazy-pavement dermatosis :
- Gejala spesifik / patognomonik
- Pada kwashiorkor dgn edema berat
- Pada bagian dengan tekanan BB
- Penyembuhan cepat dengan protein
- Hipopigmentasi, hiperpigmentasi
- Deskuamasi, mosaic skin, pellagra-like
- Purpura, sianosis
• Mukosa
* Akibat def. B2 yg sertai kwashiorkor

1. Kelainan Gigi + Tulang
Tulang : dekalsifikasi, osteoporosis, hambatan pertumbuhan Gigi : karies
• Kelainan hati:
1. hepatomegali
2. PA : perlemakan, nekrosis, fibrosis
3. Fungsi :Hipoproteinemia ringan sampai berat (normal atau meningkat)Kausa Perlemakan akibat defisiensi faktor lipotropik
• Kelainan darah + sumsum tulang
- Anemia : ringan sampai berat
Etiologi ganda:
1. defisiensi protein
2. defisiensi mineral, terutama Fe
3. defisiensi vitamin B kompleks (B12, folat, B6)
4. infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis)
5. infeksi berulang
• Darah perifer
-Lekosit
- Lekopeni
- Vakuolisasi + granulasi toksik pada PMN
- Kolesterol menurun

- Hipoglikemi & hipoalbuminemia

- Respon imunologik
• Defek imunitas seluler
• Gangguan sistim komplemen
• Defek IgA terutama sIgA
o Kelainan pankreas + kelenjar lain
- Pankreas : Perlemakan, fibrosis, atrofi Lipase, tripsin, amilase
menurun
- Parotis, lakrimal, saliva, usus halus : Perlemakan + hipoplasia
o Kelainan Jantung:
-Miodegenerasi jantung
-Gangguan fungsi jantung karena hipokalemia + hipomagnesemia
-Penyakit jantung anemia: perlu pemeriksaan foto toraks, EKG dan elektrolit serum
o Kelainan Gl
- Diare berulang : Infeksi / infestasi usus
- Intoleransi laktose (def. laktase)
- Malabsorpsi lemak :
- Defisiensi lipase pankreas
- Defisiensi garam empedu konjugasi hati Atrofi villi mukosa usus
halus

2.5 DATA LABORATORIUM
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu akhir. Harga glukosa darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relative terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal sesuadah beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase, alkaline fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormone pertumbuhan mungkin bertambah.
2.6 DIAGNOSE BANDING
Diagnose banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urine atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolic untuk mensintesis protein.
Prognosa
Dengobatan adekuat, diperlukan waktu 2-3 bulan untuk tercapainya berat badan yang ideal. Pertumbuhan fisik hanya terpaut sedikit dengan anak sebayanya. Namun perkembangan intelektualnya akan mengalami keterlambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi.
Penyakit yang sering menyertai kwasiorkor ialah defisiensi vitamin A, tuberkulosis paru, bronko pneumonia, askaris, dsb.
Pemberian Terapi
a. Bila ada dehidrasi atasi dahulu.
b. Perbaiki diit:
Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori atau protein: Modisco I,II, dan III memenuhi syarat-syarat tertentu. Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan( 2,5-5-7,5)+ glukosa 5% disusul dengan modisco ½. I,II,III.
c. Vitamin A 100.000-200.000 IU IM 1kali.
Vitamin B komplek, C,A,D peroral.
d. Bila perlu beri transfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
e. Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan gangguan pembekuan darah, ada kemungkinan infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai kekurangan vitamin A.
f. Terapi gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2kali, amikin 15 mg/kg perhari dibagi 2 kali.
g. Penyuluhan pada ibu disertai demonstrasi cara membuat Modisco.
h. Control di poliklinik anak.
2.7 PENCEGAHAN
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Karena kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulkan pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan keturuananya, petunjuk diet dan distribusi makanan yang cukup sangat segera dibutuhkan di daerah endemic.
Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
2.8 PENGOBATAN
Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal, dan syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang atau berat, infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia berat, hipoglikemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa, anoreksia dan hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan oral atau dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang belakang) atau intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer Laktatsetengah kuat untuk menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 10 hari.
Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit sering; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu sai atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Pada masa penyembuhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang diperlukan. Susu skim, hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan untuk menambah cairan dasar dan regimen nutrisi.
Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak sayur dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang terganggu dapat diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 µg kromium klorida. Vitamin dan mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.
Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan infestasi parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.
Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum dan usus kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.
Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu, retardasi mental dan fisik dapat permanen. Makin muda bayi pada saat kekurangan, makin rusak pengaruh jangka lamanya. Defisit dalam kemampuan pengertian dan abstrak terutama berakhir lama.
Prinsip pengobatan kwarsiorkor adalah:
a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein yang bernilai biologi tinggi,tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
b. Makanan harus mudah dicerna dan diserap.
c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.
d. Penanganan terhadap penyakit penyerta.

Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada anak Kwarshiorkor:


Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
BB/U menurut standart WHO-NCHS :
• KEP berat / gizi buruk : <60 % standar
• KEP sedang / Gizi sedang : 60-69 % dari standar
• KEP ringan / Gizi ringan : 70-79 % dari standar
• Gizi baik/ normal : 80-110 % dari standar
• Gizi lebih / overweight : >110 % dari standar
• Obesitas : >120 % dari standar
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
Gambaran Klinik dan Diagnosis
Gambaran klinik Kwashiorkor sebenarnya berbeda walaupun dapat terjadi bersama-sama (Ngastiyah, 1997)
Gambaran Klinik Kwashiorkor:
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar)
• Perkiraan Berat Badan (Kg)

1. Lahir 3,25
2. 3-12 bulan (bln + 9) / 2
3. 1-6 tahun (thn x 2) + 8
4. 6-12 tahun {(thn x 7) – 5} / 2
(Soetjiningsih, 1998, hal. 20)
• Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
1. 1 tahun 1,5 x TB lahir
2. 4 tahun 2 x TB lahir
3. 6 tahun 1,5 x TB 1 thn
4. 13 tahun 3 x TB lahir
5. Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn (Soetjiningsih, 1998, hal. 21)
Perubahan mental (cengeng atau apatis) Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat),Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare),Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut),Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy pavement dermatosis. Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan batas yang tegas) Anemia akibat gangguan eritropoesis. Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar globulin normal, kadar kolesterol serum rendah.
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis dan sebagainya) Riwayat Kesehatan Keluarga. Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian Fisik:
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Gambar : Kwarsiorkor yang terjadi pada balita
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah: Penurunan ukuran antropometri Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan eterAmudah dicabut) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra . Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal). Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare. Edema tungkai Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
Pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Kwashiorkor adalah:
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
• Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
• Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.
• Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan.
Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria:
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi: :
Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
2) Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan: Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria:
Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi
Lakukan/observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi. Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde. Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.
Hitung balans cairan.

3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).

Tujuan dan Kriteria HasiL Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia. Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi
Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak,
• Lakukan pemberian makanan / minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
• Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
• Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

4) Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial (Carpenito, 2000, hal. 575-580).
Tujuan dan Kriteria Hasil
Klien tidak mengalami aspirasi.
Kriteria:
Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami aspirasi. Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.
Intervensi
Periksa dan pastikan letak selang sonde pada tempat yang semestinya secara berkala. Periksa residu lambung setiap kali sebelum pemberian makan-an/minuman.Tinggikan posisi kepala klien selama dan sampai 1 jam setelah pemberian makanan/minuman. Ajarkan/demonstrasikan tatacara pelaksanaan pemberian makanan/ minuman per sonde, beri kesempatan keluarga melakukan-nya setelah memastikan keamanan klien/kemampuan keluarga. Observasi tanda-tanda aspirasi.
5) Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan (Carpenito, 2000, hal. 799-801).
Tujuan dan Kriteria Hasil
Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.
Kriteria:
Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.
Intervensi :
Lakukan fisioterapi dada dan suction secara berkala.
Lakukan pemberian obat mukolitik/ekspektorans sesuai program terapi. Observasi irama, kedalaman dan bunyi napas.

INC FISIOLOGIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kebanyakan persalinan terjadi di rumah masing-masing, hanya sebagian kecil di rumah sakit. Penanganan persalinan normal yang dibicarakan adalah persalinan di rumah sakit, sedang persalinan di rumah menyesuaikan dengan rumah sakit.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya cervik, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Perlu disadari bahwa persalinan adalah suatu tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Kecemasan tersebut antara lain meliputi rasa cemas apakah mereka dapat mengatasi kesukaran yang dihadapi, cemas apakah janinyang dikandung tidak cacat, dan cemas menghadpi rasa sakit. Oleh karena itu mereka membutuhkan penolong yang dapat dipercaya, yang dapat memberikan bimbingan dan selalu siap di depan dalam mengatasi kesukaran. Dengan didampingi oleh orang yang dapat dipercaya akan mengurangi rasa takut. Hal ini sesuai dengan pertanyaan “Apakah persalinan yang mudah menyebabkan ibu tenang, dan ibu yang tenang menyebabkan persalinan mudah“ atau kebalikannya “Apakah ketakutan menyebabkan persalinan sakit?“ Read menyatakan bahwa ketakutan menyebabkan otot-otot polos menjadi tegang dan ketegangan menyebabkan perasaan sakit.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada saat kerja lapangan mahasiswa mempunyai pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu inpartu secara adekuat dan komprehensif
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa memahami dan mengerti serta dapat melakukan :
a Pengkajian pada ibu inpartu
b Identifikasi diagnosa dan masalah
c Antisipasi diagnosa dan masalah potensial
d Identifikasi kebutuhan segera dan kolaborasi
e Menyusun rencana tindakan kepada ibu inpartu
f Tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah disusun
g Evaluasi dari tindakan yang sudah diberikan pada ibu inpartu

1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terbagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi definisi, cara persalinan, istilah lain yang ada hubungannya dengan partus, sebab-sebab yang menimbulkan persalinan, tanda-tanda permulaan persalinan, tanda-tanda inpartu, mekanisme persalinan, fisiologi persalinan, jalannya persalinan secara klinis, faktor-faktor yang berperan dalam persalinan serta kebutuhan fisik dan psikologi ibu saat persalinan
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data yang terdiri dari identitas/biodata, data subyektif, data obyektif, dan uji diagnostik. Interpretasi data yang terdiri dari diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi, intervensi (merencanakan asuhan yang menyeluruh), implementasi (pelaksanaan), serta evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
a. Inpartu
Adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan
(Sarwono, 2002)
b. Persalinan
1) Adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, sesuai dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Sastrawinata, 1983)
2) Adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar hubungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Kekuatan Sendiri).
(Manuaba, 1998)
Kesimpulan
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan dimana saat uterus berkontraksi akan menyebabkan perubahan pada serviks (mendatardan menipis)
Persalinan adalah serangkaian kejadian pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan dari tubuhibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan atau tanpa bantuan

2.2 Cara Persalinan
a. Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
b. Partus luar biasa (Ab normal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sectio caesarea
(Mochtar Rustam, 1998)
2.3 Istilah Lain Yang Ada Hubungannya Dengan Partus
a. Menurut tua (umur) kehamilan
1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (Viable), berat janin dibawah 1000 gram, tua kehamilannya dibawah 28 minggu
2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000-2500 gram
3) Partus maturus atau aterm, (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu / janin matur, berat badan diatas 2500 gram
4) Partus post maturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur
5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat
6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disroporsi sefatoedvik

b. Menurut cara persalinan
1) Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak bokong kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
2) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea (Synopsis I, hal 91)
3) Persalinan anjuran adalah persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban pemberian pitocin atau prostaglandin

2.4 Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his, yaitu :
a. Teori keregangan
 Otot-otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
 Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai

b. Teori penurunan progesteron
 Proses penuaan plasenta terjadimulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
 Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitiv terhadap oksitosin
 Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu

c. Teori oksitosin internal
 Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar
 Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks
 Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga persalinan dapat dimulai

d. Teori Prostaglandin
 Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua
 Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
 Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan

e. Teori hipotalamus – pluiriai dan glandula suprarenalis
 Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anenchepalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus (Lingin, 1973)
 Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama
 Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituarang dengan mulainya persalinan
 Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan

2.5 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “menunggu” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Tanda-tandanya sebagai berikut :
 Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atau panggul terutama pada primigravida
 Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun
 Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih terletak oleh bagian terbawah janin
 perasaan sakit diperut ke pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut “fase labors paints”
 Servix menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (blood show)
(Synopsis I, Hal 93)

2.6 Tanda-Tanda Inpartu
 Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih sering dan teratur
 Keluar lendir bercampur darah (show) lebih banyak karena robekan kecil pada servix
 Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
 Pada pemeriksaan dalam servix mendatar dan pembukaan telah ada

2.7 Mekanisme Persalinan
I. Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
a Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servixs hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)

b Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
c Kala III
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
d Kala IV
Dimulai dari setelah lahirnya plasenta sampai 1-2 jam pertama post partum

2.8 Fisiologi Persalinan
a Kala Pembukaan (Kala I)
Kala pembukaan dibagi atas dua fase yaitu :
1) Fase aktif
Pada fase ini pembukaan berlangsung lambat, mulai 0-3 cm berlangsung 7-8 jam
2) Fase Aktif
Pada fase ini pembukaan berlangsung cepat, mulai pembukaan 4-10 cm, berlangsung 6 jam yang dibagi 3 sub fase :
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan 3-4 cm
b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
c) Periode decelarasi berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung lambat menjadi 10 cm / lengkap

Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada primigravida.
Bedanya dengan multigravida adalah :
1) Servix mendatar (effocement) dulu, baru dilatasi
2) Berlangsung 13-14 jam

Multi :
1) Mendatar dan membukan bisa bersamaan
2) Berlangsung 6-7 jam

Perubahan Pada Kala I
1) Perubahan keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim :
Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim tampak lebih jelas lagi :
a) Segmen atas memegang berperan aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan
b) Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang (Obstetri Fisiologis, hal 227)
2) Perubahan bentuk rahim
Pada setiap kontraksi sumbu panjang rahim, bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang
3) Perubahan faal ligamentum rotundum
Ligamentum rotundum mengandung otot-ototo polos dan kalau uterus berkontraksi ototo-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek
4) Perubahan pendataran dari cervix
Pendataran terutama nampak pada portio yang makin pendek dan akhirnya rata dengan majunya persalinan dan cervix yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata) merupakan tanda cervix yang matang.
5) Pembukaan dari cervix
yang dimaksud dengan pembukaan cervix ialah pembesaran dari ostium externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak kira-kira 10 cm diameternya.
6) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Dalam kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina mengalami perubahan bertambah menjadi meregang, sehingga dapat dilalui anak
Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak
Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis
7) Perubahan pada anus
Dari luar, peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka

b Kala Pengeluaran Janin (Kala II)
1) Turunnya kepala
Turunnya kepala dapat dibagi dalam
a) Masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya terjadi pada permulaan persalinan
b) Masuknya kepala dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan
c) Kalau satura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara symfisis dan promontorium, maka dikatakan kepala dalam synclitismus
d) Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang mendekati promontorium, maka kita hadapi asynolitismus
(1) Asynclitismus Oisterior
Kalau sutura sagitalis mendekati symfisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os perietal depan
(2) Asynclistismus Anterior
Kalau sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietal belakang
e) Majunya Kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multigravida sebaliknya majunya kepala dan masuknbya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.


2) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil, jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar, fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini ialah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi
3) Putaran Paksi Dalam
Ialah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar kedepan kebawah symfisis. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai didasar panggul.
4) Ekstensi / Fefleksi
Disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas. Sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Setelah sub occiput tertahan pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
5) Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putara paksi dalam
6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symfisis dan menjadi hipomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.



c Kala Pengeluaran Uri (Kala III)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar uterus yang teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi placenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan dan atau dengan sedikit dorongan dari atas symfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
(Symfisis I, 1998, 97)

d Kala IV
Adalah kala pengawasan selama satu jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
(Symfisis I, 1998)
lamanya persalinan pada primigravida dan multi garavida

Primi Mulit
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
14 ½ jam 7 ¾ jam

2.9 Jalannya Persalinan Secara Klinis
I. Kala I
Persalinan pada kala pertama mempunyai tenggang waktu panjang yang memerlukan kesabaran parturien dan penolong. Mental penderita perlu dipersiapkan agar tidak cepat putus asa dalam situasi menunggu disertai sakit perut karena his yang makin lama makin bertambah kuat.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah :
a Memperhatikan kesabaran pasien
b Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur dan pernafasan berkala sekitar 2-3 jam
c Pemeriksaan denyut jantung jarum setiap ½ - 1 jam
d Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong
e Memperhatikan keadaan patologis
1) Meningkatkan lingkaran bandl
2) Ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung
3) Perabaan denyut jantung janin setiap ½ atau 1 jam
f Pengeluaran mekonium pada letak kepala
g Keadaan his yang bersifat patologis
h Perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin
i Pasien diperkenalkan mengejan

Pada akhir kala pertama dapat terjadi ketuban pecah yang dapat disertai keinginan mengejan ditandai anus mulai terbuka.
(Manuaba, 1998 : 175)

II. Kala II
Ada beberapa tanda dan gejala kala II persalinan :
a Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginannya
c Perineum terlihat menonjol
d Vulva dan vagina dan spingter ani terlihat membuka
e Peningkatan pengeluaran lendiri dan darah
f Pembukaan serviks telah lengkap
g Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina
(APN, 2002)
untuk mengkoordinasikan semua kegiatan menjadi resultante optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan :
a Pasien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul
b Badan ibu dilengkungkan, sampai dagu menempel didada sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir
c His dan mengejan dikerjakan bersamaa, sehingga kekuatannya optimal
d Saat mengejan nafas ditarik, sedalam mungkin dipertahankan dengan demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir
e Bila leher dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali untuk dipergunakan mengejan
f Melakukan observasi
1) Djj setiap his
2) Lingkar bandl
3) Penurunan bagian terendah janin
4) Kemungkinan terjadinya prolapsus bagian janin
(Manuaba, 176)
Dipuncak his, bagian kecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his terhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi sulit kembali kalau his berhenti.
Kejadian ini disebut kepala membuka pintu
Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang vulva, sehingga tidak dapat mundur lagi, pada saat itu tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan sub ocaput ada dibawah symfisis, kejadian ini disebut kepala keluar pintu.
Setelah lahir ia jatuh kebawah dan kemudian terjadi putaran paksi luar, sehingga kepala melintang sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak, keluar lendir dan cairan.
Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian bahu depan, disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
(Obs. Fisiologi, hal 261-262)

III. Kala III
Setelah lahirnya bayi, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga secara tiba-tiba. Penyusutan ukuran rongga uterus secara tiba-tiba menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekan menebal, kemudian dilepas dari dinding uterus.
Tanda-tanda pelepasan placenta :
a Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Uterus berbentuk bulat penuh (discoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah pusat. Saat uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus menjadi bulan dan fundus diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
b Tali pusat terlihat keluar memanjang
c Semburan darah tiba-tiba
Menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter), keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.

Manajemen Aktif Kala III
Keuntungan manajemen aktif kala III :
a Kala III persalinan lebih singkat
b Mengurangi jumlah kehilangan darah
c Mengurangi kejadian retensio plasenta

Tiga langkah utama manajemen aktif kala III :
a Pemberian suntikan oksitosin
1) Letakkan kain bersih diatas perut ibu dan periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
2) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
3) Selambat-lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unti 1M pada 1/3 bagian paha kanan bagian luar
4) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
a) Satu tangan diletakkan pada corpus uteri tepat diatas symfisis pubis
b) Tangan lain memegang tali pusat dekat vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus menerus dalam tegangan yang sama sama kontraksi
c) Begitu plasenta terlepas, keluarkan dari jalan lahir dengan menggerakkan tangan / klem pada tali pusat kearah bawah lurus dan keatas
d) Setelah plasenta terlihat divagina, kita tangkap dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban
e) Pemijatan fundus uteri
(1) Dengan lembut tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus berkontraksi
(2) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik, jika uterus masih belum berkontraksi, ulangi pemijatan fundus uteri
(3) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan

b Macam-macam pelepasan placenta
1) Secara schultze
Pelepasan dimulai dari bagian tengah dari plasenta, bagian plasenta yang nampak dalam vulva ialah bagian foetal. Perdarahan tidak ada sebelum plasenta lahir.
2) Secara Duncan
Pelepasan dimulai dari bagian tengah dari plasenta, plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu, yang nampak divulva ialah bagian maternal perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas.

IV. Kala IV
Terutama observasi ketat, karena bahaya perdarahan primer post partum terjadi pada 2 jam pertama. Jangan meninggalkan parturien seorang diri apabila tempatnya terjauh, sehingga perdarahan segera dapat diketahui.
Observasi yang dilakukan

a Kesadaran penderita
b Pemerikaan yang dilakukan :
1) Tekanan darah, nadi , pernafasan dan suhu
2) Kontraksi rahim yang keras
3) Perdarahan yang mungkin terjadi pada plasenta rest, luka episiotimi, perlukaan pada servix
4) Kandung kemih dikosongkan karena dapat mengganggu kontraksi rahim
(Manuaba, 184-185)

2.10 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
I. Power
a His (Kontraksi otot rahim)
1) Saat hamil
Sifatnya tidak teratur menyeluruh, tidak nyeri disebut kontraksi baraktonhiks
2) Kala I
a) Kontraksi bersifat simetris
b) Fundus dominan
c) Involunter (tidak dapat diatur oleh penderita)
d) Intervalnya makin lama makin pendek
e) Kekuatannya waktu besar diikuti retraksi
f) Menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha
3) Kala II
His sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinir dan lama terjadi refleksi mengejan karena kepala a nak menekan servix dimana terdapat fleksus franken hauser
4) Kala III
Setelah istirahat sekitar 8-10 menit rahim kontraksi untuk melepaskan plasenta dari incersinya dilapisan hitabusch
5) Kala IV
Kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum
Dapat diperkuat dengan memberi obat uterotonika saat menyusui, bayi dapat menambah kontraksi karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior
(Manuaba, 162-163)
II. Tenaga Mengejan
Tenaga mengejan hanya dapat berhasil kalau pembukaan portio sudah lengkap dan palling efektif sewaktu kontraksi rahim
III. Passager (faktor janin)
Dalam persalinan yang menghambat dari faktor janin adalah kelainan ukuran bentuk kepala, kelainan letak dan kelainan kedudukan anak
IV. Passage (faktor jalan lahir)
Yang berpengaruh adalah rangka panggul, ruang panggul, pintu panggul, sumbu, ukuran dan jenis panggul
V. Psikis Wanita
Keadaan emosi ibu, suasana batinnya, adanya konflik anak diinginkan atau tidak
VI. Penolong
Dokter atau bidan yang menolong persalinann dengan pengetahuan dan ketrampilan dan seni yang dimiliki

2.11 Kebutuhan Fisik Dan Psikologi Ibu Saat Persalinan
Asuhan sayang ibu selama persalinan meliputi :
I. Dukungan Emosional
Dukungan dan anjurkan suami dan keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selamapersalinan dan kelahiran. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-langkah yang dimiliki akan sangat membantu kenyamanan ibu. Menghargai ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang khusus. Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk :
a Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu
b Membantu ibu bernafasn pada saat kontraksi
c Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya
d Menyeka muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang dibasahi dengan air hangat atau dingin
e Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
II. Mengatur Posisi
Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Ibu boleh berjalan atau berdiri, duduk jongkok dan berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali mempersingkat waktu persalinan, jangan membuat ibu dalam posisi terlentang, karena berat uterus dan isinya akan menekan vena kava inferior. Hal ini menyebabkan hipoksia pada janin dan memperlambat kemajuan persalinan
III. Pemberian cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan cairan dan nutrisi selama persalinan dan kelahiran bayi. Anjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan
a Mencegah dehidrasi
b Memberikan tenaga
Jika dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan atau membuat his menjadi kurang teratur
IV. Kebersihan
Jalan lahir (vulva) yang lembab memudahkan mikroorganisme untuk berkembang biak, sehingga bisa menyebabkan infeksi dan dapat mengakibatkan kematian / kesakitan pada ibu dan bayi ibu hendaknya mandi / dimandikan serta menggunakan pakaian yang bersih pada waktu persalinan
Penolong persalinan harus sering cuci tangan dan menggunakan alat yang telah didesinfeksi atau steril
V. Buang air bersih
Sebelum melahirkan ibu sedapat mungkin BAB lebih dahulu. Rectum yang pernah memberi rasa tidak nyaman selama persalinan, bagi ibu yang mengalami kesulitan dengan BAB dapat dibatnu dengan klisma. Hindari klisma pada ibu yang berada dalam tahap lanjut persalinan (ketuban sudah pecah, mengalami perdarahan, menderita hipertensi)
VI. Buang air kecil
Ibu bersalin sebaiknya BAK minimal setiap 2 jam atau bukan mungkin lebih sering lagi. Kandung kemih yang penuh akan menghambat turunnya bayi kedasar panggul dan memberikan rasa tidak nyaman bagi ibu.

LETSU TEORI

BAB 2
LANDASAN TEORI



2.1 Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
(Mochtar, R. 1998 : 91)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Obstetri : UNPAD 1983)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba. 1998 : 157)
2.2 Macam-macam Persalinan
• Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
• Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan adanya forcep atau SC.
• Persalinan anjuran
Bila bayi sudah cukup untuk hidup diluar tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan.
(Manuaba,1998 : 157)


2.3 Letak Sungsang
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Rustam M, 1998:350).
Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak di fundus uteri sedangkan bokong di atas simphisis (Manuaba, 1993 : 145).

2.4 Etiologi Letak Sungsang
2.4.1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
2.4.2 Sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
(Manuaba, 1998 : 361)




2.5 Patofisiologi Letak sungsang
1. Bagi Ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. Bagi anak
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya peredaran darah placenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu setelah pusat leher, maka janin harus dilahirkan dalam waktu 8 menit.
(Mochtar, 1998 : 365)

2.6 Klasifikasi
1. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan dua tungkai terangkat ke atas.
2. Letak sungsang sempurna (complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong.
3. Letak sungsang tidak sempurna (incomplete Breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki/ lutut terdiri dari :
- Kedua kaki : letak kaki sempurna
- Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
- Kedua lutut : letak lutut sempurna
- Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)

(Mochtar, 1998 : 350)

2.7 Tanda dan Gejala
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
2.8 Diagnosis
1. Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.
2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
Ddj X djj X
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang – kadang kaki (pada letak kaki)
Bedakan antara :
- Lubang kecil - Mengisap
- Tulang (-) - Rahang Mulut
- Isap (-) Anus - Lidah
- Mekoneum (+)
- Tumit - Jari panjang
- Sudut 90 0 Kaki - Tidak rata Tangan siku
- Rata jari – jari - Patella (-)
- Patella Lutut
- Poplitea
4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus


2.9 Mekanisme Persalinan sungsang
Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam sehingga trochanter depan berada dibawah simfisis. Dengan trachanter depan sebagai hipomoklion, akan lahir trachanter belakang dan selanjutnya seluruh bokong lahir. Sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.
Bersama dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput berada dibawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir dagu, hidung, muka dan kepala seluruhnya. Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir. Jika melawati batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan / kematian bayi.
Pada perslinan sungsang ibu jangan mengedan sebelum pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap dipastikan dengan pemeriksaan pervaginam.
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut :
1. Letak bokong murni
- Teraba bokong.
- Kedua kaki menjungkit keatas sampai kepala bayi.
- Kedua kaki bertindak sebagai spaik.
2. Letak bokong kaki sempurna.
- Teraba bokong.
- Kedua kaki terletak disamping bokong.
3. Letak bokong tak sempurna
- Teraba bokong.
- Disamping bokong terdapat satu kaki.

4. Letak kaki
- Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut.
- Dapat dibedakan : letak kaki terendah, letak lutut bila lutut rendah.

2.10 Berdasarkan Jalan yang dilalui, persalinan sungsang dibagi 2
1. Persalinan pervaginam
- Spontaneus Breech ( Bracht )
- Partial Breech Extraction : Manual Aid Asisted Breech Delivery
- Total Breech Extraction
2. Persalinan Perabdominal : Sectio Cesarea
Pada persalinan Borcht ada 3 Tahap
- Fase Lambat ( Bokong lahir sampai umbilikus, scapula amerior )
- Fase Cepat ( Dari umbilikus sampai mulut / hidung )
- Fase Lambat ( Dari mulut / hidung sampai seluruh kepala lahir )
( Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo, 1999 )

2.11 Penanganan
Sikap Sewaktu Hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar. Tujuannya adalah untuk merubah letak menjati letak kepala. Hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34 minggu, multi, dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemeli atau plasenta previa.
Syarat :
- Pembukaan kurang dari 5 cm
- Ketuban masih ada
- Bokong belum turun atau belum masuk pintu atas panggul
Teknik :
1. Lebih dulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu berada
dalam posisi trendelen burg
2. Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
3. Putar ke arah muka / perut janin
4. Lalu tukar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
5. setelah berhasil pasang gurita dan observasi tensi, DJJ dan keluhan

Pimpinan Persalinan
1. Cara berbaring
- Litotomi sewaktu inpartu
- Trendelenburg
2. Melahirkan Bokong
- Mengawasi sampai lahir spontan
- Mengait dengan jari
- Mengait dengan pengait bokong
- Mengait dengan tali sebesar kelingking
3. Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal ( sectio sesarea )

Cara melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan manual aid ( manual life )
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase 1. Fase Menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan di lakukan exspresi krsiteller, karena hal ini akan memudahkan terjadinya nuchee arm.
Fase 2. Fase untuk bertindak cepat
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat janin dapat dilakukan manual aid.


Cara melahirkan bahu dan tangan
Cara klasik ( Deventer )
Pegang bokong dengan menggunakn ibu jari berdampingan pada os sakrum dan jari lain dilipat paha. Kemudian janin ditarik kearah bawah, ssssehingga skapula berada dibawwwah simfisis. Lalu lahirkan bahu dan lengan belakang, kemudian lengan depan.

Cara Lovset
Setelah sumbu bahu janin berada dalam ukuran muka belakang, tubuhnya ditarik ke bawah lalu dilahirkan bahu serta lengan belakang. Setelah itu janin diputar 900 sehingga bahu depan menjadi bahu belakang, lalu dikeluarkan seperti biasa.

Cara Muller
Tarik janin vertikal kebawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu-lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki keatas lalu bahu-lengan belakang dikait menyapu kepala.

Cara Bracht
Bokong ditangkap, lengan diletakkan pada paha dan sakrum, kemudian janin ditarik ke atas. Biasanya hal ini dilakukan pada janin yang tidak begitu besar dan multipara.

Cara Potter
Dikeluarkan dulu lengan dan bahu depan dengan menarik janin ke bawah dan menekan dengan 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat ke atas untuk melahirkan lengan dan bahu belakang dengan menekan skapula belakang.


Melahirkan Kepala
Mauriceau ( Veit Smellie )
Masukkan jari-jari dalam mulut (muka mengarah ke kiri : jari kiri, mengarah ke kanan : jari kanan). Letakkan anak menunggang pada lengan sementara tangan lain memegang pada tengkur. Lalu tarik ke bawah sampai rambut dan kepala dilahirkan. Kegunaan jari dalam mulut hanya untuk menambah fleksi kepala.

De Snoo
Tangan kiri menadah perut dan dada serta 2 jari diletakkan dileher (menunggang kuda). Tangan kanan menolong menekan diatas simfisis. Perbedaannya dengan Mauricheau ialah di sini tangan tidak masuk dalam vagina.
Wigand Martin – Winckel
Satu tangan (kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulut janin sedang jari tengah dan ibu jari pada radang bawah. Tangan lain menekan diatas simfisis atau fundus.

Naujoks
Satu tangan memegang leher janin dari depan, tangan lain memegang leher pada bahu, tarik janin ke bawah dengan bantuan dorongan dari simfisis.

Cara Prouge Terbalik.
Dilakukan pada ubun-ubun kecil terletak sebelah belakang. Satu tangan memegang bahu janin dari belakang, tangan lain memegang kaki lalu menarik janin kearah perut ibu dengan kuat.

Ekstraksi
Terdiri atas ekstraksi pada kaki dan ekstraksi pada bokong karena ekstraksi pada bokong sedikit sukar, kita sedapat mungkin berusaha untuk melakukan ekstraksi pada kaki, sebab mudah dikerjakan.

Perasat Profilaksis Pinard
Maksudnya adalah melakukan ekstraksi pada kaki sebelum ada indikasi, hanya untuk berjaga-jaga. Caranya dengan menekan paha anak terhadap perutnya, dengan sendirinya kaki akan jatuh dan dapat dikeluarkan. Kaki yang keluar dapat menambah permukaan. Bila akan dilakukan tindakan setelahnya, akan mudah menarik kaki.
Ada yang setuju dengan perasat ini, tetapi ada pula yang tidak membenarkan. Alasan yang kontra adalah bila kaki dikeluarkan maka mudah mendapatkan rangsangan dan anak akan menjadi mudah asfiksia ( rangsangan bernafas).
Dalam menghadapi persalinan letak sungsang yang terpenting adalah menentukan apakah anak akan lahir pervaginam atau harus dilakukan dengan seksio sesarea. Dilihat dari sudut anak, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik. Oleh karena persalinan pervaginam bagi anak membawa angka kematian tinggi. Meskipun anak hidup, sering terjadi gangguan pada otak dengan akibat yang tidak kita inginkan. Pada letak sungsang dapat dilakukan seksio sesarea bila ada perkiraan panggul sempit dan bila persalinan tidak benar.
Cara Reposisi tangan Menjungkit ( Nuchee Arm )
1. Satu tangan menjungkit
Janin diputar 900 kearah mana tangan menunjuk, sehingga tangan akan terlepas menyapu kepala.
2. Kedua tangan menjungkit
Untuk tangan pertama seperti diatas dan untuk tangan kedua diputar berlawanan 1800.
( Sinopsis Obstetri, Jilid 1 tahun 1998 )