Kamis, 03 Maret 2011

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam zaman yang serba modern ini seyogyanya bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dalam bidang kesehatan bayi dan anak. Pemberian asuhan bayi dan anak yang tidak terpecahkan dari keluarga dan masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah peranan ayah, ibu dan anak, dimana fungsi pokok keluarga adalah terhadap anggota keluarganya adalah asah, asih, & asuh. Sehingga dibutuhkan peranan ibu dalam pengasuhan dan perawatan yang baik untuk bayinya. Kebanyakan perawatan bayi baru lahir yang dialami masyarakat adalah kurangnya pengetahuan dalam perawatan bayi baru lahir terutama tali pusatnya. Terutama didaerah pelosok yang merawat bayinya dengan menggunakan cara tradisional serta pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Selain itu juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pelayanan neonatal atau bayi baru lahir.

Indonesia, di lingkungan Asean, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setaip 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi gestosis 17,5 %, dan anestesia 2,0 %. Sedangkan kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %. (file:///E:/upaya-kesehatan-dalam-pelayanan-kebidanan-201010146.html)

Sedangkan jumlah angka kematian bayi di Provinsi Jawa Timur pada Tahun 2005-2008 adalah 1.162 (18,5%) bayi. Dan untuk Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2006-2008 teradapat 187 bayi meninggal atau 9/1000 kelahiran hidup. (DinKes. Kab. Sidoarjo)

Masalah yang ada di tempat penelitian yaitu di RSAB Kirana ini masih terdapat ibu yang kurang tahu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir.

Berdasarkan data yang ada di RSAB Kirana pada bulan Desember 2010 terdapat 20 orang ibu yang melahirkan dan 10 orang dari ibu nifas mengatakan tidak mengetahui perawatan talipusat bayi baru lahir yang benar. Ada juga 7 ibu dari 20 ibu nifas yang mengatakan merawat tali pusat bayinya menggunakan kassa yang diberi alkohol. Dan ada 3 orang dari 20 ibu nifas yang merawat tali pusat bayinya menggunakan kassa steril.

Ketidaktahuan ibu nifas dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir dapat menyebabkan infeksi. Untuk itu diperlukan dukungan, wawasan dan pengetahuan yang memadai dari ibu nifas. Dengan demikian peneliti ingin meneliti pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

"Bagaimana pengetahuan ibu nifas primipara tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir?"

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas primipara tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas primipara

1.3.2.2 Mengidentifikasi perawatan talipusat bayi baru lahir

1.3.2.3 Memberikan pengetahuan pada ibu untuk melakukan perawatan talipusat agar tidak terjadi infeksi pada talipusat bayi baru lahir

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.2 Bagi Masyarakat

Merupakan masukan bagi ibu nifas sehingga mendorong ibu nifas untuk terus berusaha menambah pengetahuan ibu nifas primipara tentang perawatan talipusat bayi baru lahir.

1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Merupakan masukan bagi pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan serta KIE yang benar pada ibu nifas primipara terutama dalam perawatan talipusat bayi baru lahir.

1.4.4 Bagi Peneliti

Menerapkan teori yang telah didapat ke dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berfikir dalam menganalisis suatu masalah.

1.4.5 Bagi Profesi

Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kebidanan dalam membantu menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi melalui pencegahan infeksi dan perawatan talipusat bayi baru lahir yang sempurna.

Selasa, 15 Juni 2010

Sabtu, 22 Mei 2010

PNC

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian ini.
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan–perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai buah avokat gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm dan tebal + 10 cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas inplantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas syimpisis atau setengah syimpisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas syimpisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm.

Pada waktu nifas seorang ibu perlu perawatan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum melahirkan. Memulihkan kesehatan disini tidak berarti mengembalikan kesehatan umum saja dan gangguan-gangguan lainnya yang dapat menurunkan kesehatan ibu, akan tetapi juga memulihkan organ-organ yang mengalami perubahan pada waktu kehamilan.

1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan menerapkan manajemen kebidanan Varney
b. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan mampu :
a Melakukan pengkajian pada klien post partum
b Mengidentifikasi masalah / diagnosa pada klien post partum
c Mengidentifikasi masalah-masalah potensial pada klien post partum
d Menentukan kebutuhan segera pada klien post partum
e Menyusun rencana asuhan kebidanan pada klien post partum
f Melakukan implementasi pada klien post partum
g melakukan evaluasi terhadap tindakan yang sudah dilakukan pada klien post partum

1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
Membahas tentang pengertian masa nifas, nifas dibagi dalam 3 periode, perubahan fisiologis masa nifas, perawatan pada masa nifas, pemeriksaan post partum, dan kebutuhan ibu post partum
BAB III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian, identifikasi masalah / diagnosa, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi/Rasional, implementasi, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 122)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan setelah sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, berlangsung selama 6-8 minggu.
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)

2.2 Nifas dibagi dalam 3 periode
I. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
II. Puerperium Intermedial
Yaitu keputihan menyeluruh otot-otot alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
III. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)

2.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
I. Involusi alat-alat kandungan
a Involusi uterus
1) Involusi uterus adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi yang normal setelah kelahiran bayi
2) Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta, sedangkan tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah placenta lahir tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke 5 post partum uterus + setinggi 7 cm diatas simpisis atau setengah simfisis pusat. Sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis.
3) Proses involusi dapat terjadi karena adanya :
a) Autolysis
Merupakan penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena danya hiperplasi dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kaki lebih tebal dari sewaktu masa hamil
b) Aktifitas otot-otot
Adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot rahim yang berbentuk anyaman akan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang putus akibat pelepasan placenta
c) Ischemia
Kekurangan darah pada uterus setelah bayi dilahirkan, maka hipertrophy dan hiperplasi dari uterus tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti semula sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami athrophy pada ukuran semula

Tabel Involusi uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tidak teraba diatas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)




b Involusi bekas implantasi uri
Pada endometrium akan mengalami trombosit, degenerasi dan nekrosis ditempat bekas implantasi placenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput sanin setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu. Pada daerah bekas implantasi placenta tidak ada pembentukan jaringan perut.
c Involusi luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks umumnya akan sembuh dalam 6-7 hari apabila tidak disertai dengan infeksi
d After pains
Mules-mules yang terjadi pada ibu post partum disebabkan karena kontraksi uterus, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan
e. Lochea
Merupakan cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
1) Sifat-sifat lochea
Alkalis, memudahkan kuman penyakit berkembang biak, bau anyir tetapi tidak busuk
2) Jenis lochea
a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconeum selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendiri pada hari ke 3-7 pasca persalinan
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan

d) Lochea Alba
Cairan putih selama 2 minggu
e) Lochea Purulenta
Keluar cairan seperti nanah berbau busuk karena terjadi infeksi
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan. Setelah bayi lahir jari tengah masih bisa masuk rongga rahim, stelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
g. Ligamen-ligamen
Ligamen, fascia dan diafragma pelvis yang meregang waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan sulit kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor
h. Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Selama kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi. Peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas
i. Dinding Perut dan Peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu.
j. Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hiperaemia. Kadang oedema dari trigonum yang menimbulkan obstruksi uretra sehingga terjadi retentio urinae, kadang kencing menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine rasional

II. Laktasi
a. Laktasi merupakan proses pembentukan, penyimpanan dan pengeluaran ASI
b. Colostrum adalah ASI yang keluar pertama kali pada hari pertama bayi lahir, berupa cairan kuning dengan BD 1030-1035. reaksinya alkalis, lebih banyak mengandung protein dan garam, gulanya sama tetapi lemaknya kurang didalam colostrum juga terdapat euglobulin yang mengandung antibodi.
c. Pada hari ke 3 post partum, buah dada menjadi besar, keras, dan nyeri hal ini menandakan permulaan sekresi air susu.
d. Susunan ASI :
Protein 1 – 2 %
Lemak 3,3 – 5 %
Gula 6,5 – 8 %
Garam 0,1 – 0,2 %
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI :
1) Faktor anatomis
2) Faktor hormonal (hormon prolactin dan oxytocin)
3) Faktor Diet
4) Faktor isapan bayi
5) Faktor istirahat
6) Faktor psikologis

III. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil terjadi hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi darah ibu dan placenta. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba yang menyebabkan volume darah ibu relatif bertambah. Keadaan ini dapat diatasi tubuh dengan mekanisme kompensasi. Hal ini biasanya terjadi pada hari ke 3-15 post partum
IV. Perubahan psikologis
Sejak kelahiran bayinya, seorang ibu mulai merasakan suatu fase hidup yang baru
a Fase penangkapan atau penerimaan
1) 1-2 hari masa perilaku ketergantungan fetus pada dirinya
2) Reaksi verbal terhadap kebutuhan hidup dan makan
3) Menenangkan kembali pengalaman melahirkan
b Fase penguasaan
1) 3-10 hari atau 4-5 minggu ketergantungan dan kemandirian
2) Mandiri dalam aktifitas diri
3) Ingin mempelajari cara perawatan diri dan bayi
c Fase membiarkan atau melepaskan
1) Pengambilan peranan tanggung jawab baru
2) Meningkatkan kemandirian dalam merawat diri dan bayi
3) Pengakuan terhadap bayi

2.4 Perawatan Pada Masa Nifas
I. Early Ambulation
Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
Keuntungan early ambulation :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll
II. Diet
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dan memberikan ASI, makanan yang baik mempercepat menyembuhan alat-alat kandungan
III. Miksi dan Defekasi
a Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya penderita disuruh kencing 4 jam post partum. Bila kandung kencing penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi
b Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terdapat kesulitan dapat diberikan obat laksans peroral atau per rectal
IV. Perawatan payudara
a Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
b Bila bayi meninggal, maka laktasi harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral dan periodel
(Sulaiman Sastrawinata, 1998 : 322)


2.5 Pemeriksaan Post Partum
I. 6-8 jam post partum
Tujuan :
a Mencegah perdarahan masa nifas karena otonia uteri
b Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
c Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d Pemberian ASI awal
e Mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
II. 6 hari post partum
Tujuan :
a Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan tidak ada bau
b Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
III. 2 minggu post partum
Tujuan :
a Memastikan involusi uterus berjalan normal
b Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari




IV. 6 minggu post partum
Tujuan :
a Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami
b Memberikan konselilng untuk KB Secara dini
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 122)

2.6 Kebutuhan ibu post partum
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu antara lain :
I. Kebersihan diri
a Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus, nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar
c Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari
d Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
e Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan pada ibu untuk menghindari daerah luka
II. Isitirahat
a. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumahtangga biasa perlahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
III. Istirahat
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
b. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahap sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
IV. Gizi
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya
V. Perawatan Payudara
a Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b Menggunakan BH yang menyokong payudara
c Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian payudara sehingga puting susu menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
6) Payudara dikeringkan
VI. Hubungan Perkawinan / rumah tangga
Secara fisik aman untuk memenuhi hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, begitu darah merah berhenti dan dia tidak measakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
VII. Keluarga Berencana
a. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi
b. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
2) Kelebihan / keuntungan
3) Efek samping
4) Bagaimana menggunakan metode ini
5) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
c. Jika seorang ibu / pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 127)

Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Gizi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Seorang manusia tidak akan dapat melakukan aktifitasnya dengan baik bila tubuhnya kekurangan gizi. Komposisi gizi bagi tubuh kjita dipengaruhi oleh banyak hal, oleh karena itu kebutuhan gizi setiap manusia berbeda-beda.
Kebutuhan gizi seseorang akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi yang ada dan dialami oleh orang tersebut. Misalnya saja seorang wanita hamil akan mengalami penambahan kebutuhan gizinya. Hal ini dikarenakan selain kebutuhan gizi dirinya sendiri wanita hamil harus memenuhi kebutuhan gizi bagi janin yang ada dalam rahimnya.
Bila seorang wanita hamil kekurangan salah satu dari komponen gizi yang dibutuhkannya, maka bayi akan terancam abortus (keguguran), lahir cacat, prematuritas (tidak cukup bulan), BBLR, atau bahkan IUFD. Sedangkan komplikasi bagi ibunya sendiri adalah mudahnya terjadi infeksi, mudah keguguran, partus lama (persalinan lama), dan komplikasi-komplikasi lain yang mudah terjadi pada proses kehamilannya.
Tingginya angka kematian dan kesakitan wanita hamil adalah akibat dari kurangnya konsumsi gizi seimbang pada wanita hamil. Kurangnya pengetahuan masyarakat menjadi factor terpenting dalam keberhasilan program KIA. Factor social ekonomilah yang menjadi penghambat utama dalam setiap permasalahan kesehatan di Indonesia. Sehingga masyarakat bawah belum dapat merespon secara penuh penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

1.2 Tujuan penulisan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah sebagai berikut, yaitu :
- Menambah pengetahuan masyarakat dan pembaca mengenai gizi ibu hamil
BAB II

PEMBAHASAN


2.1. Pengertian
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck. 2000 : 1).

2.2. Manfaat Gizi Seimbang
Manfaat dari pemenuhan gizi seimbang adalah :
a. Nutrisi untuk pertumbuhan.
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh
b. Makanan sebagai suku cadang.
Setiap makanan yg kita konsumsi akn menjadi sumber dari energi tubuh. Bila kita kekurangan energi mk pertumbuhan dan aktifitas kita akan terhambat. Oleh karena itu, makanan selain sebagai pengganti zat yang hilang juga berfungsi sbg cadangan zat tersebut.
c. Makanan sebagai bensin tubuh.
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, menyapu, juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas, degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari (Nadesul, 1995 : 68).
2.3 Cara Pengukuran Status Gizi
Kenaikan berat badan ibu hamil secara tepat tidak diketahui. Hal ini diketahui bahwa kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya persalinan small gestational age (SGA) atau preterm. Kebutuhan peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :
a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas.
Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5 sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan berat badan idealnya pada saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5. Remaja disarankan untuk meningkatkan berat badannya lebih dari porsi yang ditetapkan karena ditakutkan jika mengikuti porsi diatas maka janinnya kecil. Remaja yang mengalami sakit selama 2 – 3 tahun setelah memperoleh haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko tinggi disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah ditetapkan bahwa ibu dan janin memliki ketergantungan pada nutrisi.Telah ditemukan bukti bahwa wanita yang memiliki usia sampai dengan 19 tahun kebutuhan nutrisinya pada saat kehamilan harus sangat diperhatikan terutama melalui bimbingan. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157 cm kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi meningkatnya resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.
Untuk kehamilan kembar pada saat ini belum ditemukan rekomendasi yang sesuai dengan menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar untuk memperoleh hasil yang terbaik disarankan untuk menaikan berat badan sebesar 20 kg (Wong, 1997 : 180).

2.4 Pola Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan memegang peranan penting dalam kehamilan. Kenaikan berat badan rendah pada awal kehamilan akan menyebabkan terjadinya SGA pada janin. Kenaikan berat badan yang tidak adekuat pada setengah akhir kehamilan berdasarkan hasil pengamatan menunjukan terjadinya kelahiran preterm. Resiko ini ditemukan waupun pada akhir kemilan dicapai sesuai dengan range yang direkomendasikan.
Kenaikan berat badan optimal tergantung pada tahapan kehamilan. Pada trimester pertama dan kedua kenaikan berat badan banyak disebabkan oleh kenaikan organ pendukung kehamilan, sedangkan pada trimester ketiga yang mempengaruhi kenaikan berat badan adalah pertumbuhan janin. Pada trimester kenaikan berat badan rata-rata adalah antara 1 sampai dengan 2 kg pada wanita. Untuk trimester kedua dan ketiga pada wanita dengan berat badan normal kenaikannya diharapkan 0,4 kg per minggu. Untuk wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badannya adalah 0,3 kg dan untuk wanita dengan berat badan kurang kenaikannya adalah 0,5. Untuk asupan kalori pada trimester pertama diharpakan tidak ada perubahan dari kebiasaan, pada trimester kedua dan ketiga asupan kalorinya harus dinaikan sebesar 300 kkal per hari lebih dari biasanya. Kenaikan ini dapat dicapai dengan mudah melalui asupan susu, yogurt, atau keju, buah-buahan, sayuran, sereal, nasi atau roti.
Sebuah bagan disusun untuk memonitor perkembangan kenaikan berat badan selama kehamilan untuk wanita dengan berat badan normal, kurang atau lebih. Kenaikan berat badan dicatakan sesuai dengan hasil pengukuran. Setiap ibu hamil diharapkan dapat mengerti pola peningkatan berat badan dan kenaikan berat badan yang direkomendasikan. Untuk meningkatkan pengendalian kenaikan berat badan sangath membutuhkan peran ibu hamil sendiri dalam memantau kenaikan berat badannya danb berusaha memenuhi kenaikan berat badan sesuai dengan yang direkomendasikan oleh BMI.
Kenaikan berat badan yang tidak adekuat (kurang dari 1 kg perbulan untuk wanita normal, 0,5 kg perhari untuk wanita dengan berat badan kurang) atau kenaikan berat badan berlebih (3 kg / bulan) harus segera memperoleh perhatian. Kemungkinan penyimpangan dari berat yang direkomendasikan diantaranya adalah kesalahan pengukuran, kesalahan pencatatan, pengaruh berat pakaian, dan terjadinya akumulasi cairan. Kenaikan berat badan yang terlalu tinggi disebabkan oleh akumulasi cairan, kenaikannya lebih dari 3 kg perbulan, terutama setelah 21 minggu usia kehamilan, dan dapat menyebabkan terjadinya hipertensi (Wong, 1997 : 180). Penelitian yang dilakukan oleh Yudomustopo (2007) menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dengan terjadinya persalinan preterm, dimana pada 68% ibu yang menderita hipertensi, mengalami persalinan preterm.

2.5 Komposisi Gizi Ibu Hamil
Kalori
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru. Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai tenaga untuk proses metabolisme jaringan baru. Jumlah Kalori yang dibutuhkan adalah 2535 kkal. Sumber: lemak, karbohidrat, protein (Nasi, kentang, jagung, minyak, lemak hewani, terigu, ubi-ubian)
Protein
Kebutuhan protein lebih banyak selama kehamilan dibandingkan waktu-waktu lain. Hal ini dikarenakan protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil membutuhkan sekitar 60 gram protein setiap harinya, lebih banyak 25 gram dibandingkan yang lain. Menambahkan protein ke dalam makanan merupakan cara yang efektif untuk menambah kalori sekaligus memenuhi kebutuhan protein. Sumber: ayam, daging, ikan, susu, tempe, keju, tahu, kacang-kacangan.

Kalsium
Janin mengumpulkan kalsium dari ibunya sekitar 25 sampai 30 mg sehari. Paling banyak ketika trimester ketiga kehamilan. Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menguatkan tulang dan gigi. Selain itu, kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi. Kalsium juga diperlukan untuk mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot, dan sekresi hormon. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sekitar 900 mg per hari. Sumber: ikan teri, susu dan hasil olahannya, sayuran hijau, kacang-kacangan.

Besi
Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh. Selama kehamilan, volume darah bertambah untuk menampung perubahan pada tubuh ibu dan pasokan darah bayi. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat besi bertambah sekitar dua kali lipat. Jika kebutuhan zat besi tidak tercukupi, ibu hamil akan mudah lelah dan rentan infeksi. Risiko melahirkan bayi tidak cukup umur dan bayi dengan berat badan lahir rendah juga lebih tinggi. Kebutuhan zat besi bagi ibu hamil yaitu sekitar 46 mg. Sumber: hati, daging, beras tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau.
Vitamin C
Vitamin C yang dibutuhkan janin tergantung dari asupan makanan ibunya. Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen dan menghantarkan sinyal kimia di otak. Wanita hamil setiap harinya disarankan mengkonsumsi 70 mg per hari. Sumber: jambu biji, jeruk, nanas, semangka, mangga, pepaya, dan sayuran hijau.

Asam Folat
Folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam perkembangan embrio. Folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan folat juga dapat meningkatkan kehamilan kurang umur (prematur), bayi dengan berat badan lahir rendah (bayi berat lahir rendah/BBLR), dan pertumbuhan janin yang kurang. Sebenarnya, asam folat sangat diperlukan terutama sebelum kehamilan dan pada awal kehamilan. Namun, ibu hamil tetap harus melanjutkan konsumsi folat. 600 mg folat disarankan untuk ibu hamil. Folat dapat didapatkan dari suplementasi asam folat. Sumber: sayuran hijau, asparagus, buah-buahan segar.

Vitamin A
Vitamin A memegang peranan penting dalam fungsi tubuh, termasuk fungsi penglihatan, imunitas, serta pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Kecukupan gizinya adalah 700 RE. Sumber: Hati, sayuran berwarna seperti wortel, buah-buahan berwarna merah, mentega, kuning telur.





BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Gizi sangat diperlukan bagi wanita hamil. Hal ini dikarenakan gizi memegang peranan penting dalam perkembangan embrio. Folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan folat juga dapat meningkatkan kehamilan kurang umur (prematur), bayi dengan berat badan lahir rendah (bayi berat lahir rendah/BBLR.
Kebutuhan gizi setiap manusia berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh Aktivitas, kondisi, umur, keadaan geografis, dan lain sebagainya. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk menghitung BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :
a. Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
b. 19,8 sampai dengan 26,0 normal
c. 26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
d. Lebih dari 29 obesitas.

3.2 Saran
1. Kepada masyarakat terutama wanita hamil diharapkan memperhatikan komposisi gizinya.
2. Kepada para petugas kesehatan hirapkan lebih memperhatikan gizi wanita hamil.

KWARSIORKOR

BAB II
2.1 PENGERTIAN
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium (Ngastiyah, 1997). Kwarshiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein (Ratna Indrawati, 1994). Kwarsiorkor ialah definisi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita)(Ngastiah, 1995).
2.2 ETIOLOGI
Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologic yang baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati kronik. Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorbsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (syndrome nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati.
2.3 PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam diitnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya udema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
 Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
 Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila dijumpai edema anasarka.
 Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.
 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
 Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga dikenal signo de bandero.
Gejala Klinis
a. Pertumbuhan terganggu ( merupakan gejala terpenting). Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibanding anak sehat.
b. Ditemukan odema ringan maupun berat diseluruh tubuh.
c. Terjadi gangguan gastrointestinal. Anoreksia yang hebat hingga cara pembarian makannya harus personde, diare dan muntah karena terjadi intolerasi makanan.
d. Perubahan rambut, tampak kusam, kering, tipis, jarang dan berubah warna, mudah dicabut/rontok.
e. Kulit mengalami perubahan yaitu hiperplementasi, bersisik, menunjukkan garis kulit yang dalam dan lebar, kelainan khas pada kwasiorkor ini disebut “ Crazzy Payment Dermatosis”.
f. Pembesaran hati karena adanya perlemakan hati.
g. Anemia juga selalu ditemukan, penyakit infeksi, diare.
h. Kelainan kimia darah: kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit lebih tinggi, kadar kolesterol serum rendah.
i. Hampir semua organ mengalami perubahan seperti: degenerasi jantung, osteoporosis tulang dsb.
j. Wajah membulat dan sembab.
k. Pandangan mata sayu.
l. Mental apatis atau rewel
m. Susah makan.
n. Berbaring terus.
o. Otot hipotropi
p. Secara umum, kwashiorkor memberikan gejala-gejala yang terkhusus pada suatu sistem organ, yaitu :
• Wujud umum:
1. Pucat, kurus atrofi extremitas superior + bokong
2. Edema (pedis / pretibial) + ascites
3. Moon face
• Retardasi pertumbuhan:
1. Tidak khas
2. BB kurang atau menurun
• Perubahan mental + motorik:
1. Mental: cengeng, kesadaran menurun, pasif.
2. Motorik : gangguan fungsi-fungsi statis
• Edema:
1. Pedis, pretibial, ascites, anasarka
2. Bersifat pitting
3. Koreksi edema :
- Laten + pedis + pretibial : 10 - 15 %
- Ascites ringan : 15 - 20 %
- Ascites berat : 20 - 25 %

• Kausa edema :
-Hipoalbuminemi
-Gangguan dinding kapiler
-Hormonal (gangguan eliminasi ADH)
-Fe bebas dalam serum katalisis reaksi peroxidasi membrane
-Endotel rusak
• Kelainan rambut
-Kelainan bentuk : mudah dicabut, lurus, kering, halus, rapuh
-Kelainan warna : hipopigmentasi, depigmentasi, flag sign
-Bulumata : panjang, lentik
• Kelainan kulit dan mukosa
1. Kulit :
* Crazy-pavement dermatosis :
- Gejala spesifik / patognomonik
- Pada kwashiorkor dgn edema berat
- Pada bagian dengan tekanan BB
- Penyembuhan cepat dengan protein
- Hipopigmentasi, hiperpigmentasi
- Deskuamasi, mosaic skin, pellagra-like
- Purpura, sianosis
• Mukosa
* Akibat def. B2 yg sertai kwashiorkor

1. Kelainan Gigi + Tulang
Tulang : dekalsifikasi, osteoporosis, hambatan pertumbuhan Gigi : karies
• Kelainan hati:
1. hepatomegali
2. PA : perlemakan, nekrosis, fibrosis
3. Fungsi :Hipoproteinemia ringan sampai berat (normal atau meningkat)Kausa Perlemakan akibat defisiensi faktor lipotropik
• Kelainan darah + sumsum tulang
- Anemia : ringan sampai berat
Etiologi ganda:
1. defisiensi protein
2. defisiensi mineral, terutama Fe
3. defisiensi vitamin B kompleks (B12, folat, B6)
4. infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis)
5. infeksi berulang
• Darah perifer
-Lekosit
- Lekopeni
- Vakuolisasi + granulasi toksik pada PMN
- Kolesterol menurun

- Hipoglikemi & hipoalbuminemia

- Respon imunologik
• Defek imunitas seluler
• Gangguan sistim komplemen
• Defek IgA terutama sIgA
o Kelainan pankreas + kelenjar lain
- Pankreas : Perlemakan, fibrosis, atrofi Lipase, tripsin, amilase
menurun
- Parotis, lakrimal, saliva, usus halus : Perlemakan + hipoplasia
o Kelainan Jantung:
-Miodegenerasi jantung
-Gangguan fungsi jantung karena hipokalemia + hipomagnesemia
-Penyakit jantung anemia: perlu pemeriksaan foto toraks, EKG dan elektrolit serum
o Kelainan Gl
- Diare berulang : Infeksi / infestasi usus
- Intoleransi laktose (def. laktase)
- Malabsorpsi lemak :
- Defisiensi lipase pankreas
- Defisiensi garam empedu konjugasi hati Atrofi villi mukosa usus
halus

2.5 DATA LABORATORIUM
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu akhir. Harga glukosa darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relative terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal sesuadah beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase, alkaline fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormone pertumbuhan mungkin bertambah.
2.6 DIAGNOSE BANDING
Diagnose banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urine atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolic untuk mensintesis protein.
Prognosa
Dengobatan adekuat, diperlukan waktu 2-3 bulan untuk tercapainya berat badan yang ideal. Pertumbuhan fisik hanya terpaut sedikit dengan anak sebayanya. Namun perkembangan intelektualnya akan mengalami keterlambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi.
Penyakit yang sering menyertai kwasiorkor ialah defisiensi vitamin A, tuberkulosis paru, bronko pneumonia, askaris, dsb.
Pemberian Terapi
a. Bila ada dehidrasi atasi dahulu.
b. Perbaiki diit:
Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori atau protein: Modisco I,II, dan III memenuhi syarat-syarat tertentu. Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan( 2,5-5-7,5)+ glukosa 5% disusul dengan modisco ½. I,II,III.
c. Vitamin A 100.000-200.000 IU IM 1kali.
Vitamin B komplek, C,A,D peroral.
d. Bila perlu beri transfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
e. Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan gangguan pembekuan darah, ada kemungkinan infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai kekurangan vitamin A.
f. Terapi gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2kali, amikin 15 mg/kg perhari dibagi 2 kali.
g. Penyuluhan pada ibu disertai demonstrasi cara membuat Modisco.
h. Control di poliklinik anak.
2.7 PENCEGAHAN
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Karena kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulkan pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan keturuananya, petunjuk diet dan distribusi makanan yang cukup sangat segera dibutuhkan di daerah endemic.
Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
2.8 PENGOBATAN
Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal, dan syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang atau berat, infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia berat, hipoglikemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa, anoreksia dan hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan oral atau dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang belakang) atau intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer Laktatsetengah kuat untuk menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 10 hari.
Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit sering; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu sai atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Pada masa penyembuhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang diperlukan. Susu skim, hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan untuk menambah cairan dasar dan regimen nutrisi.
Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak sayur dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang terganggu dapat diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 µg kromium klorida. Vitamin dan mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.
Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan infestasi parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.
Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum dan usus kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.
Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu, retardasi mental dan fisik dapat permanen. Makin muda bayi pada saat kekurangan, makin rusak pengaruh jangka lamanya. Defisit dalam kemampuan pengertian dan abstrak terutama berakhir lama.
Prinsip pengobatan kwarsiorkor adalah:
a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein yang bernilai biologi tinggi,tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
b. Makanan harus mudah dicerna dan diserap.
c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.
d. Penanganan terhadap penyakit penyerta.

Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada anak Kwarshiorkor:


Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
BB/U menurut standart WHO-NCHS :
• KEP berat / gizi buruk : <60 % standar
• KEP sedang / Gizi sedang : 60-69 % dari standar
• KEP ringan / Gizi ringan : 70-79 % dari standar
• Gizi baik/ normal : 80-110 % dari standar
• Gizi lebih / overweight : >110 % dari standar
• Obesitas : >120 % dari standar
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
Gambaran Klinik dan Diagnosis
Gambaran klinik Kwashiorkor sebenarnya berbeda walaupun dapat terjadi bersama-sama (Ngastiyah, 1997)
Gambaran Klinik Kwashiorkor:
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar)
• Perkiraan Berat Badan (Kg)

1. Lahir 3,25
2. 3-12 bulan (bln + 9) / 2
3. 1-6 tahun (thn x 2) + 8
4. 6-12 tahun {(thn x 7) – 5} / 2
(Soetjiningsih, 1998, hal. 20)
• Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
1. 1 tahun 1,5 x TB lahir
2. 4 tahun 2 x TB lahir
3. 6 tahun 1,5 x TB 1 thn
4. 13 tahun 3 x TB lahir
5. Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn (Soetjiningsih, 1998, hal. 21)
Perubahan mental (cengeng atau apatis) Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat),Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare),Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut),Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy pavement dermatosis. Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan batas yang tegas) Anemia akibat gangguan eritropoesis. Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar globulin normal, kadar kolesterol serum rendah.
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis dan sebagainya) Riwayat Kesehatan Keluarga. Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian Fisik:
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Gambar : Kwarsiorkor yang terjadi pada balita
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah: Penurunan ukuran antropometri Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan eterAmudah dicabut) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra . Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal). Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare. Edema tungkai Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
Pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Kwashiorkor adalah:
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
• Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
• Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.
• Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan.
Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria:
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi: :
Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
2) Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan: Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria:
Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi
Lakukan/observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi. Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde. Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.
Hitung balans cairan.

3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).

Tujuan dan Kriteria HasiL Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia. Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi
Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak,
• Lakukan pemberian makanan / minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
• Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
• Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

4) Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial (Carpenito, 2000, hal. 575-580).
Tujuan dan Kriteria Hasil
Klien tidak mengalami aspirasi.
Kriteria:
Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami aspirasi. Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.
Intervensi
Periksa dan pastikan letak selang sonde pada tempat yang semestinya secara berkala. Periksa residu lambung setiap kali sebelum pemberian makan-an/minuman.Tinggikan posisi kepala klien selama dan sampai 1 jam setelah pemberian makanan/minuman. Ajarkan/demonstrasikan tatacara pelaksanaan pemberian makanan/ minuman per sonde, beri kesempatan keluarga melakukan-nya setelah memastikan keamanan klien/kemampuan keluarga. Observasi tanda-tanda aspirasi.
5) Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan (Carpenito, 2000, hal. 799-801).
Tujuan dan Kriteria Hasil
Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.
Kriteria:
Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.
Intervensi :
Lakukan fisioterapi dada dan suction secara berkala.
Lakukan pemberian obat mukolitik/ekspektorans sesuai program terapi. Observasi irama, kedalaman dan bunyi napas.